Senin, 26 September 2011

inilah maharku . . .

"Aku ini bukan malaikat yang tidak punya nafsu. Dalam jiwaku, bergolak nafsu muda-ku. Aku juga ingin bersenang-senang dan bebas tanpa aturan. Aku juga punya perasaan cinta, aku ingin melampiaskan rasa cintaku ini pada seseorang. Tapi demi Allah, aku berjuang bersama imanku agar tak menjadi budak nafsu, dan insya Allah ini adalah maharku untuk meminang syurga nanti”
"Satu hal yang sangat saya tekankan dalam diri, juga peringatan indah dari teman lainnya, bahwa syurga itu terlalu indah jika harus di raih dengan amat mudah. Karena sesuatu akan lebih terasa indah ketika kita mendapatkannya dengan perjuangan yang sangat melelahkan. Dan insya Allah, semua yang saya lakukan demi mengumpulkan mahar ke syurga”
Saudaraku, jangan pernah bertanya dan menganggap kenapa tuntunan Allah dalam Islam itu begitu rumit, karena kerumitan hanya milik mereka yang tidak mengerti. Karena keta’atan harus beriringan dengan perjuangan iman, dan kita memang harus melelahkan diri di dunia dengan amal shalih demi meraih syurga yang begitu indah. Jangan pernah bertanya kenapa perjuangan ini pahit, sebab jawabannya adalah karena syurga itu manis.

Ada masa dimana kita memang harus bertarung dengan nafsu kemanusiawian kita, kita ingin bebas, ingin melakukan ini dan itu. Dan bukan perkara mudah untuk mengalahkan semuanya, kecuali ketika kita menyadari bahwa keberadaan kita di dunia adalah sebagai seorang musafir, pejuang sekaligus pedagang. Musafir yang menempuh perjalanan ke tempat yang abadi yang hanya berbekal sebuah akal, dan pejuang untuk mengabdi kepada Allah dengan ibadah dan keta’atan atas perintah dan laranganNya hingga menjadi sebuah amal, serta pedagang yang menjual dirinya kepada Allah dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar demi menegakkan kalimatNya.

Buah dari kita menjadi musafir, pejuang dan pedagang itulah yang kelak menjadi mahar kita untuk meminang syurga. Yaitu keta’atan, kesabaran dalam beribadah dan dari maksiat, serta kecintaan dan keikhlasan atas semua ketentuanNya. Tidak mudah memang, tapi pasti bisa! Bukankah telah banyak cara yang Allah berikan pada kita untuk mampu melakukan itu semua? Tinggal kita yang harus memutuskan, jalan hidup seperti apa yang mau kita jalani? Dosa dan khilaf adalah sunnatullah untuk manusia, tetapi tepat pada saat kita telah melakukan kesalahan, Allah membuka kesempatan untuk kita mensucikan diri. Jadi jangan pernah menjadikan kefakiran kita akan ilmu dan banyaknya dosa membuat kita enggan menjadi hamba unggulan di hadapan Allah, bahkan tidak berpikir untuk mengumpulkan mahar ke syurga. Tiap jiwa telah Allah berikan 2 jalan, jalan takwa dan jalan kefasikan, dan itu untuk semua manusia tanpa kecuali, sehingga tiap manusia bebas untuk menentukan. Lalu, mengapa kita masih saja diam dan tidak beranjak dari diam amal kita?

Rasulullah S.A.W bersabda “Adapun 3 orang yang pertama kali masuk surga adalah syahid, seorang hamba yang tidak disibukkan oleh dunia dan taat kepada Rabbnya dan orang fakir yang memiliki tanggungan namun ia menjaga diri dari meminta minta (HR. Ahmad). Orang yang miskin akan masuk surga terlebih dahulu dari orang-orang kaya karena mereka tidak memiliki sesuatu untuk dihisab. Selisih waktu antara keduanya adalah 40 tahun. (HR. Muslim)
-bogor,maghrib,disudut kostan-