Kamis, 24 November 2011

(pengajar muda)

Tanggal 10 November 2011 yang lalu, Pengajar Muda angkatan pertama (periode November 2010 - November 2011) kembali dari lokasi penempatan mereka setelah setahun bertugas. Tentunya, dalam kurun waktu tersebut, mereka mendapatkan pengalaman hidup yang luar biasa kaya.

Kini mereka akan kembali berkarier di bidangnya. Dalam acara orientasi paska penugasan, Anies Baswedan selaku penggagas dan ketua Indonesia Mengajar menyampaikan pesan bagi Pengajar Muda yang baru kembali dari desa-desa di pelosok itu.

Selamat membaca!
http://indonesiamengajar.org/kabar-terbaru/pesan-anies-baswedan-kepada-pengajar-muda-pasca-pe
***

Assalamu’alaikum wr wb

Pengajar Muda yang tercinta dan terhormat,

Hari ini sebuah tugas telah purna. Perjalanan setahun yang penuh kenangan telah berakhir. Kalian akan memulai sebuah babak baru, mencari, dan menemui tantangan baru. Perjalanan kemarin menjadi bagian dari masa lalu kalian. Kebahagiaan, keharuan, kegetiran, problem, tetes air mata, dan keringatmu itu adalah bagian dari masa lalu.

Pengajar Muda, kalian telah memainkan peran bagi saudara sebangsa, sekecil apapun peran itu menurutmu. Kalian risih mendengarnya dan tak pernah mau disebut pahlawan, karena itu memang bukan urusanmu. Itu bukan urusan kita. Label-label itu adalah urusan para sejarawan nanti. Urusan kita adalah soal turun tangan atau lipat tangan. Kalian pilih turun tangan. Kalian pilih kemuliaan, kalian tak banyak cakap, kalian tinggalkan banyak urusan dan kalian terlibat langsung di berbagai penjuru tanah air.

Pengajar Muda yang tercinta, kalian sudah lewati sebuah fase luar biasa dalam hidupmu. Lihat masa depan dengan tegak dan penuh optimisme. Sesekali boleh kalian tengok ke belakang, sesekali kalian buka catatan harian semasa pengabdian di desa itu. Rasakan lagi denyut suasana batin hari-hari kemarin. Resapi desiran rasanya.  Sesekali buka foto-foto itu. Lihat lagi wajah murid-muridmu, lihat wajah adik kakakmu, wajah ayah ibu angkatmu. Permanenkan suasana desa tempat kalian mengabdi di kenanganmu.

Kalian hadir di sana selama satu tahun, jadi penyala harapan bagi mereka. Padamu harapan itu ditautkan. Lalu beberapa hari yang lalu kalian pulang, kalian tinggalkan mereka. Ada kekosongan hati yang luar biasa di sana. Anak-anak di sana masih saja menyebut namamu. Anak-anak di sana masih saja ingin bertemu kalian meski hanya dalam mimpinya. Tiap mereka lihat ruang kelasmu, lihat kamar tidurmu, lihat tempatmu berenang, lihat lapangan tempatmu bermain dan berlari-lari mereka seakan masih melihatmu, apapun yang mereka lihat seakan masih ada wajahmu.

Pengajar Muda, kalian bukan sekadar rekaman dalam memori. Kalian hidup dalam memori mereka selamanya. Mereka buat prasasti  dalam hatinya. Prasastinya permanen karena dibangun oleh ketulusan dan cinta saudara sebangsa. Lihatlah yang terjadi saat kalian kemarin meninggalkan desa itu: ada yang rakyat sedesanya turun gunung ke jalan raya untuk melepas kalian pulang, atau yang satu kampung berdiri di atas dermaga papan seadanya untuk melepas kalian pulang naik perahu kecil atau warga sekampung kumpulkan lembar seribuan rupiah lusuh kumal sambil bilang buat “ongkos Pak Guru pulang”, atau pidato perpisahan kepala sekolah yang suaranya tersedak tangis dan tak sanggup dia teruskan. Mereka lepaskan butir demi butir air matanya karena hatinya tak sanggup lepaskan kalian pulang. Butiran air di mata mereka adalah cermin kehadiran pengabdianmu di desa itu.

Pengajar Muda, camkan ini: bagi mereka, melepas kalian pulang terasa seperti melepas sebuah harapan.  Harapan itu serasa terbang dari genggaman mereka. Pasanglah foto desa dan foto murid-muridmu di dinding kamar tidurmu. Tatap foto itu dan tetapkan sebuah kalimat di hatimu: Saya akan terus hadir, saya tidak pernah pulang, saya akan selalu bersama saudara-saudara sebangsa.

Pengajar Muda, selama setahun kalian mewakili kita semua, mewakili seluruh bangsa ini, hadir di sana memberikan harapan buat saudara sebangsa. Kalian tak minta penghormatan karena kalian tahu penghormatan itu bisa semu dan dipanggungkan. Kalian terhormat bukan karena penghormatan tapi karena kalian pilih sebuah langkah yang penuh kehormatan. Kalian dapat kehormatan untuk hadir di desa itu, kalian masih muda tapi sudah ikut melunasi janji kemerdekaan kita: mencerdaskan saudara sebangsa. Sekecil apapun peran itu menurutmu, kalian telah pilih langkah terhormat.

Tiap kalian bangun pagi dan menyongsong tugas baru maka lihatlah foto itu dan ingatlah bahwa apapun yang kalian kerjakan nanti, yang serba sulit, yang serba berat adalah untuk meneruskan harapan mereka. Ingat lambaian tangan di tepi jalan raya, di tepi dermaga kayu, di depan sekolah-sekolah. Lambaian cinta tulus memancarkan harapan buatmu untuk tetap berjuang demi masa depan semua.

Bayangkan kesuksesan kalian itu dibayar dengan peluk kuat anak-anak yang mencintaimu. Bayangkan suatu saat nanti kalian pulang ke desa itu lagi, mendatangi tempat itu lagi dan dipeluk oleh anak-anak itu lagi. Suatu saat nanti, kalian jadi manusia dewasa yang berperan di republik ini, kalian jaga ikatan batin itu dengan mereka. Biarkan tali ikatan itu kuat agar mereka bisa selalu menarik manfaat ke desanya.

Kemarin kalian menyalakan harapan, kalian menyalakan pelita, supaya gelap itu berubah jadi terang. Kini kalian masuki babak baru, tetapkan hatimu untuk menyalakan pelita dan harapan di seantero Indonesia. Kalian bukan hanya akan menerangi sebuah desa. Kalian akan hadir untuk menyalakan Indonesia kita jadi terang benderang.

Pengajar Muda, di depan kalian kini ada peluang besar untuk meraih masa depan yang lebih baik buat semua. Pasang layar besar, cari angin yang kuat lalu arungi samudra dengan keyakinan dan keberanian. Di sana kalian akan temui gelombang besar, badai yang menggentarkan. Hadapi itu dengan keyakinan bahwa kalian akan besar, akan kuat, dan kelak setiap kehadiranmu akan punya efek yang dahsyat.

Jauhi sungai kecil walau indah dan tenang. Di sana mungkin dekat dengan pujian, banyak ketenangan. Jauhi itu. Pilihlah sungai besar, samudra luas yang arusnya kuat, yang penuh dengan tantangan. Arena yang bisa membuatmu dibentur-benturkan, dihantam tantangan. Arena yang bisa membuatmu makin kuat dan tangguh

Persiapkan diri dengan baik tapi jangan pernah kalian gentar dengan benturan. Jangan pernah takut salah. Jangan takut dunia korporasi, jangan takut dunia pemerintahan, jangan takut dunia global. Kalian masuki semua itu. Di semua sektor, republik ini perlu lebih banyak orang yang bisa menjaga kehormatan. Republik ini perlu lebih banyak orang yang pegang hati nurani secara radikal. Kalian jadi harapan kita semua. Kalian sudah rasakan bagaimana dicintai itu, kalian sudah rasakan bagaimana ketulusan itu. Bawa itu semua di gelanggang barumu.

Raihlah puncak-puncak tinggi itu, puncak-puncak yang jangkauannya sulit, yang tetes keringatnya banyak, yang kadang terasa pedih, yang bebannya berat. Tapi ingatlah wajah anak-anak itu, ingat lambaian tangan saudara sekampungmu itu selama kalian meniti perjalanan kerja dan hidup kalian nanti. Dan sesungguhnya, seberat-beratnya tantanganmu, tantangan yang mereka hadapi di kampung sana sering lebih terjal, jalannya sering tanpa penunjuk arah.

Di tempat-tempat barumu nanti, yang mungkin senyap, mungkin jauh dari hiruk pikuk “perjuangan” tapi yakinlah bahwa kerja itu adalah bagian penting dari ikhtiar kolektif generasi baru anak bangsa ini. Kerjakan hal-hal yang mungkin nampak tak penting dan tak heroik, tapi jalani itu dengan kesungguhan untuk menuju keberhasilan baru.

Ingat wajah saudara barumu di desa itu dan tetapkan dengan penuh percaya diri: akan kucapai puncak-puncak baru. Lalu kerja keraslah dan capailah puncak-puncak tinggi itu. Di sana kalian kumandangkan suara hati nurani. Jangan kalian pilih puncak-puncak rendah yang mudah dijangkau.

Kalian sudah rasakan bagaimana sebuah karya betapapun kecilnya bisa menggulirkan perubahan.  Songsong dan rasakan perubahan itu di arena-arena besar. Jelajahi jalan baru yang mendaki, jangan pilih jalan yang datar atau jalan turun. Jalan datar itu nyaman menjalaninya, jalan menurun itu ringan melewatinya. Sesungguhnya melalui jalan mendaki itulah kalian bisa mencapai puncak baru untuk mengumandangkan hati nurani, mengumandangkan pesan anak-anak desa pelosok itu.

Jalan mendaki itu bisa sempit dan bisa membuat kalian tak leluasa bergerak tapi jalani itu dengan kesungguhan dan totalitas: mendakilah terus. Begitu sampai di puncak kalian akan leluasa bergerak. Seruan kalian akan terdengar dan berdampak bukan saat masih di jalan sempit yang membuatmu tak leluasa bergerak. Seruan kalian akan bisa menggetarkan dan berdampak justru saat kalian sudah sampai di puncak-puncak baru. Di puncak itulah seruan kalian akan terdengar ke seluruh  penjuru.

Buatlah kita semua bangga karena punya saudara seperti kalian, punya saudara anak-anak muda tangguh yang bisa membawa kantung berisi hati nurani sampai ke puncak.  Buat kita bangga karena menyaksikan kantung hati nurani kalian tidak bocor di perjalanan walau terjal dan mendaki.

Pengajar Muda, terbanglah tinggi, jelajahi dunia. Di tiap penerbangan tinggi yang melampaui benua, kalian ingat desa itu. Di tiap pintu gerbang negara yang kalian kunjungi, tuliskan sebuah pesan untuk kampungmu di pelosok itu agar adik-adikmu di sana bisa pancangkan mimpi yang tak kalah tinggi.

Buat saudara-saudaraku yang mengelola program di Jakarta, teman-teman tidak berada di pelosok Indonesia, tapi ruang-ruang kontor itu jadi saksi bisu atas ketulusan yang tak kalah dahsyat. Teman-teman jauh dari perhatian, jauh dari lampu terang benderang tapi hatimu terangnya luar biasa.

Ketulusan teman-teman memancar dan menyilaukan. Teman-teman yang senyatanya menggelindingkan bola salju kecil itu jadi bola salju besar dan menggulir cepat. Pada teman-teman pahala besar dan kuat itu menempel. Teman-teman bekerja siang-malam untuk membesarkan, merawat, dan menggelorakan semangat pengabdian itu jadi seperti sekarang.  Juga untuk keluarga-keluarga di rumah, apresiasi kita yang luar biasa untuk mereka di rumah yang merelakan sebagian waktunya diambil untuk mengelola bola salju ini. Juga terima kasih dan apresiasi untuk Indika Energy yang sedari awal sekali sudah memberikan dukungan pada ikhtiar ini. Dukungan dari Indika Energy inilah yang telah memungkinkan sebuah ide menjadi realita. Dan, apresiasi untuk semua pihak yang mendukung sejak mulai gagasan hingga selesainya siklus pertama program ini. Mari bersama-sama kita jaga bola salju ini tetap putih, tetap bergulir, dan tetap membesar.

Saudara-saudaraku Pengajar Muda, selamat menjalani fase baru hidup. Kalian anak-anak muda terpilih, kalian telah membuktikan bahwa kita masih punya cukup stok anak muda pejuang. Kalian membuktikan bahwa keluarga-keluarga Indonesia tetap keluarga pejuang dan kalian telah tanamkan bibit optimisme yang dahsyat. Jaga ikatan persaudaraan ini, jaga tali nurani ini, jaga ketulusan ini, jadikan persaudaraan kita menjadi hub of trust yang bisa mendorong kemajuan di republik tercinta ini. Jadikan persaudaraan ini sebagai fountain of hope yang memancarkan harapan buat kita semua.

Selamat Pengajar Muda, selamat saudaraku, selamat melanjutkan perjalanan....

Salam,

Anies Baswedan
---------------------------------------------------------------------
Setelah membaca ini teringat,3 tahun lalu ketika saya berusaha mempertemukan orang yang ingin mendapat pelajaran lebih dan orang yang ingin mengajarkanya. Sama hal dengan pengajar muda namun beda cara. Namun tetap,budaya belajar-mengajar itu tak boleh padam selama kita masih diberi kesempatan untuk hidup,bukankah salah satu amal yang sampai dibawa mati pun kan mengalir amalnya adalah ilmu yang bermanfaat?lantas ilmu apa yang telah kita tularkan untuk alam semesta ini?

Rabu, 23 November 2011

untold story : Soeharto

Tadi sore setelah istirahat sejenak, saya fb walking aktivitas yang sudah lama tak dilalui. Eh ketemu note seorang ustadz,yang cukup informatif mengenai sesosok pahlawan kita,suharto.
Berikut saya co-pas dari catatan beliau
Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda:
“Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan”. (HR. Al-Bukhari no. 6516)
 
Hadis di atas sengaja di pilih karena buku ini mengomentari tentang sosok yang sudah meninggal, mantan presiden RI ke 2. Tentu saja kutipan di atas tidak ada dalam buku Pak Harto : The Untold Stories. Ini sekedar mengingakan kita untuk menghindari mengeluarkan komentar yang tidak berdasar dan tak ada manfaatnya tentang kehidupan beliau.
 
Mengapa ini perlu di garis bawahi, karena penerbitan buku ini merupakan reaksi dari hujatan, makian dan kutukan banyak pihak pada beliau di penghujung hidup dan setelah wafatnya. Tetapi bukan juga hadis tersebut sepadan dengan ajaran jawa yg juga muncul di banyak halaman dalam buku ini : Mikul dhuwur, mendhem jero (Indonesia: "memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam") - jasa seorang pemimpin atau orang tua harus dijunjung tinggi sedangkan kesalahannya harus ditutupi. Sedangkan dalam Islam boleh saja mengungkap keburukan orang yg sudah meninggal asalkan untuk tujuan pembelajaran seperti dimuatnya kisah Firaun, Abu Jahal, saudara-saudaranya Nabi Yusuf, Qorun dll dalam lembaran Qur’an.
 
Saya sebenarnya saat hendak di penjemi buku ini sudah kehilangan antusias untuk membacanya. Yang muncul saat melihat tulisan berjudul Pak Harto adalah goresan kekecewaan : kecewa terhadap asas tunggal pancasila era orde baru yg jelas mengangkangi qur’an-sunnah sebagai pegangan hidup muslim, kecewa terhadap peristiwa pembrangusan pers, penangkapan-penyiksaan para ustadz pada peristiwa tanjung priouk-lampung, aparat keamanan yg menyeramkan dan menggurita, KKN, muak dengan tampang berkuasa yg kelamaan (31 tahun), Korupsi dan ketidak berpihakan terhadap syariah Islam.
 
Barangkali itulah gambaran umum masyarakat yg “belum pernah” bertemu muka, berinterkasi langsung dengan beliau atau bukan bagian dari mesin politik dan kekuasaan beliau.
 
Namun, buku setebal 599 halaman dengan isi penuh gambar beliau ini akhirnya mengalahkan sakwasangka dan habis terbaca juga. Buku yang berisi kurang lebih 113 tokoh memoar orang-orang yg pernah bertatap muka dan berinterkasi dengan beliau ini tak di sangka “menarik” dan pada bagian2  tertentu mampu membuat merinding terbawa arus kesedihan, kegembiraan, kebanggaan, keikhlasan, kasih sayang para tokoh. Dari 113 orang ini juga berlatar belakang yg beragam, mulai dari tokoh negara tetangga seperti Mahathir Muhammad, Lee kuan Yew, Sultan Hasaanh Bolkiah yg menulis sendiri dengan gaya bahasa melayunya, dan Fidel ramos. Juga tentunya anak beliau, keluarga, para ajudan, menteri2, guru, petani, guru ngaji, sampai pengamen. Yang juga menakjubkan adalah ikut sertanya para mantan musuh2 politiknya seperti AM Fatwa yg pernah merasakan remuknya tulang rusuk dan dinginnya lantai penjara, dan beberapa mantan aktivis kampus.
 
Pujian yg Sama
 
113 orang yg terpilih masuk dalam buku ini tentunya sudah melalui tahapan pemilihan oleh keluarga Harto, namun keberagaman orang yg terpelih mampu memberikan penekanan gambaran utuh atau apa adanya suharto. Karena buku ini memoar tentang Suharto yg sudah meninggal maka wajar saja jika di dalamnya hanya menemukan persaksian yg baik2 saja.
 
Dari semua orang yg dalam buku ini kompak mengakui Suharto sosok yg murah senyum, halus tutur katanya. Walaupun pak Harto memiliki latar Belakang sebagai tentara, ia tidak menunjukkan sikap sombong dan kilamat-kalimat yg keras, begitu menurut Mahathir dan tokoh lainnya mengamini hal ini. Suharto memang memiliki senyum yg khas. Kejawaannya menyebabkan ia punya cara sendiri yg halus untuk memperlihatkan ketidak setujuan atau persetujuan.
Kesederhanaan juga banyak memincut banyak orang. Perabot di cendana yg usang dan sederhana yg kalah mewah dibandingkan dengan rumah tokoh2 politik pasca reformasi membuat banyak tamu yg datang berdecak kagum sekaligus hormat. Baju batik yg ia gunakan bukan yg mewah, seragam untuk olah raga golfnya lusuh/belel dan walupun pernah di siasati ajudannya untuk ganti yg baru, malah yg baru di kasih ajudannya dan ia tetap mencari yg belel.
Sikapnya yg berusaha berhemat terlihat saat kunjungan kerja yg menghindari makan di resto mahal dan berlanja ke mal di negara tujuan tidak seperti para anggota DPR saat ini yg suka pelesiran keluar negeri. Dalam kunjungan ke daerahnya yg banyak di lakukan dengan incognito atau diam2 ternyata pernah bekal makannya di siapkan Ibu Tien di bawa dari rumah berupa beras dan ikan asin.
Memahami yg besar sampai yg kecil2. Ia memiliki buku catatan tangan yg rapi berisi peristiwa dan nama2 orang yg pernah ia temua atau jadi perhatiannya. Daya ingatnya pada nama dan perhatian pada informasi rinci membuat orang2 sekitarnya berhutang perhatian, penghargaan, kasih sayang dan dengan mudah memposisikan beliau sebagai orang tua. Ini barang kali manivestasi dari pepatah yg di ajarakan pada anaknya : “Jikalau menolong orang lain, tulislah di atas pasir, supaya mudah hilang tersapu ombak. Tetapi, jikalai kita ditolong orang lain, pahatlah di batu, agar kita selalu dapat mengingat budi orang tersebut.”
Keberanian seorang tentara. Uji nyali ini di kisahkan oleh ajudan beliau Sjafrie Sjamsoedin tahun 1995. Sebelum kunjungan ke Bosni ada pesewat PBB yg ditembaki. Prosedur PBB mengharuskan semua penumpang pesawat menandatangin pernyataan resiko. Suharto langsung tandatangan dan datanya di isi ajudan. Di pesawat dan saat mendarat beliau menolak mengenakan helm dan rompi anti peluru. Saat ditanya Sjafrie mengapa memaksakan diri datang ke zona perang, beliau menjawab karena Indonesia tidak punya uang, sementara sedang menjabat ketua gerakan non-blok, ya hanya dengan mengunjungi bosnia yg bisa dilakukan. Bahaya bisa dikendalikan, dan yg penting orang yg kita kunjungi merasa senang, moril naik, mereka tambah semangat.
Mendekat pada Ilahi di hari2 akhir. Walapun di era kepemimpinannya pernah menggebuk ustadz dan menjadikan P4 sebagai pedoman hidup mengangkangi Qur’an, namun di masa akhir kepemimpinannya ia mulai melonggarkan dengan membolehkan jilbab di sekolah, mendirikan ICMI dan merintis bank Muamalat. Di ruang kerja beliau terpampang sa-sa-sa : sabar atine, saleh pikolahe, sareh tumindake. Artinya selalu sabar, selaluh saleh, taat agama, dan selalu bijaksana dalam bertindak. Prinsip ini pula mungkin yg menyebabkan Pak Harto tidak membalas hinaan, cacian dan fitnah. Menyimak berita2 demo dan komen lawan politiknya di TV atau koran dengan senyum dan gelengan kepala saja. Tidak balik menggunjing.  “Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur), Sing becik ketitik, sing olo ketoro (yg baik akhirnya akan tampak, yg buruk akan erlihat).
 
Kontroversi Naik dan lengser
 
Banyak yg berandai2, jika saja Suharto menolak di angkat kembali jadi presiden periode ke 7 (1998), maka ia bisa menikamati hasil kerjannya lebih damai. Menurut Mien Sugandhi, Ibu tien pernah memintanya untuk menyampaikan pada petinggi Golkar agar janganmencalonkan Suharto kembali : Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua.... Aku mau pergi, aku lungo, pokoke aku lungo, kata Bu Tien.
 
Sayang, Harmoko berhasil menyakinkan Harto bahwa hasil temuannya selama kunjungan ke daerah rakyat masih memilih beliau. Ada yg mengatakan, bisa jadi jiwa prajuritnya menyebabkan pernyatan Harmoko itu di anggap sebagai perintah rakyat yg harus di emban.
 
Takdir berkata lain, krisis ekonomi yg bermulai dari Thailand berupa penarikan modal asing besar2an menerpa Indonesia. Membalikkan Indonesia kembali jadi seperti awal kejatuhan orde lama. Rupiah jeblok. Pemerintah mengikuti saja permintaan IMF untuk menghentikan subsidi. Jebakan IMF ini di tengarai Fadlizon sebagai misi utama mereka menggulingkan Harto. Michel Camdessus pernah mengatakan : We created the condition that obliged President Soeharto to leave his job (Kami menciptakan kondisi agar Soeharto meletakan jabatannnya).
 
Pukulan terakhir pada Harto terjadi 10 jam menjelang pengumuman penggantian kabinet. 14 dari 15 menteri dan pembantu2 presiden menyatakan mengundurkan diri dan tidak lagi bersedia membantu Presiden. Dengan sisa waktu tinggal 10 jam lagi, membuat Harto terpojok dan tidak ada pilihan lain selain Ia harus mundur. Ginanjar yg mengumpulkan para menteri untuk membuat pernyataan pengunduran diri di tuduh Ary Marjono (Menteri Negara Agraria saat itu) melakukan fait accompli halus.
 
Ary Marjono menolak ikut tanda tangan karena terkait harga diri. Sebagai mantan tentara ia tidak dapat membiarkan rekannya ditinggal dalam kesulitan sendirian. Saat rapat penandatangan pengunduran diri para menteri itu, Marjono mengajukan pertanyaan : mengapa saat ditelpon presiden untuk ditanyakan kesediaan membantu presiden kita menjawab bersedia, tetapi saat Suharto mendapat kesultan besar kita tidak mau membantu malah meninggalkannnya? Kedua mengapa hanya menko ekuin saja yg mengadakan rapat koordinasi 20 mei 1998 untuk menilai kondisi negara?  Jika Pak Ginanjar memang ingin mundur, mengapa tidak membuat surat pengunduran diri pribadi saja tidak malah mengundah menteri2 yain ikut mundur? Semua pertanyaan tidak dapt di jawab Oleh Ginanjar.
 
Memaafkan 
 
Dalam buku ini, orang yg paling berhak menuntut keadilan bisa jadi AM Fatwa. Namun ternyata, ia adalah lawan politik yg paling rajin menjenguk, mendoakan bahkan mencium kening Suharto saat di terbaring lemah di RS Pertamina. Tindakannya ini langsung mengundang kritik : “Apakah Anda sudah lupa dengan kekejaman Orde Baru, tulang-tulang Anda remuk diinjak sepatu lars?”
 
AM Fatwa pernah mendapat nasihat dari Syafrudin Prawiranegara : “Saudara fatwa, dalam berhadapan dengan lawan politik, sebaiknya kita berasumsi bahwa tidak mungkin lawan kita itu sepenuhnya salah dan sebaliknya pihak kita juga tidak mungkin sepenuhnya benar.”
 
Bagi fatwa, secara prinsip berdasarkan ajaran agama yg dicontohkan oleh Nabi, kita wajib memberikan penghormatan kepada siapa pun yg meninggal, apalagi orang besar seperti pak harto. Saat Sukarno meninggal, lawan2 politiknya dari kalangan Islam ikut mengantarkan jenajah Sukarno.
 
Lantas apakah Sueharto yg terus menerus didera hinaan, hujatan dan fitnah hingga akhir hidupnya memaafkan orang2 yg dulu pernah ia besarkan atau pun anak2 muda yg mengecap pendidikan atas program beliau mau memaafkan? Fatwa dan Quraish Shihab yg di akhir hidupnya sering di panggil untuk mengisi pengajian pernah mengusulkan di adakan rekonsiliasi antar pribadi lawan2 politik Harto. Pak Harto menjawab : “Nanti saja di akhirat ketemunya.”

Sabtu, 19 November 2011

bersemangatkah tuk kaya? (1)

Sudah lama tak menulis, sudah banyak draft yang belum sempat(atau tak disempatkan untuk di released),kali ini saya mau sedikit cerita dari kejadian akhir-akhir ini di timeline,banyak sekali para (katanya) motivator mengenai harusnya menjadi seorang yang kaya,punya itu,punya ini, bisa itu dan bisa ini jika kaya. Awal-awal kuliah,3 tahun lalu begitu bersemangat mendengar kata-kata beliau,namu seiring berjalanya waktu. Menyadari apakah benar ini sajakah yang dicari? Apa ini yang Dia mau untuk hambanya? Apakah ini teladan dari sang nabi?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul seketika setelah mulai terjun kedunia industri,
malam hari setelah selepas bekerja masuk sms dari Aa gym:

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan,maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS 35:10)
“sahabatku andry yang baik hati, mencari kemuliaan dan kebahagiaan dengan harta benda dan penilaian manusia, pasti tak akan pernah didapat, hanya melelahkan batin serta semu belaka,carilah kemuliaan disisi Allah, dijamin bahagia,mulia yang asli dan kekal.”

Inikah yang disebut,siapa yang ingin mendekat padaNya,Dia kan beri jalan keluar. Fatawakkal Allahu,fahuwwa hasbuuk. Alhamdulillah,menerangi dan menyelami ilmu baru mengenai hakikat kekayaan sebenarnya. Setelah sedikit belajar dari satu guru ke guru yang lain saya akan bercerita hasil ilmu yang masih sedikit ini,bismillah
Bersemnagat tuk jadi kaya,kuat dan bermanfaat bagi seluas-luas sesama adalah mulia. Tapi haruskah kita mencela kemiskinan dan keadaan papa?Andai pada kemiskinan sama sekali tiada kebaikan,akankah nabi bersabda,”aku diperlihatkan surga,kebanyakan penduduknya miskin adanya.” Nabi juga pernah mnyebut betapa seorang miskin,kusut,compang-camping dan tak laku,lebih baik dari sepenuh bumi si tampan berkekayaan Adalah Abdurrahman ibn auf,si kaya yg berpenampilanya tak beda dengan budaknya,suatu hari menangis ketika dihidangkan roti lembut.
Tersedu dia berkata,mush’ab ibn umair lebih baik dari kami. Dia tak pernah menikmati makanan seperti ini. Kala syahid di uhud, tiada kafan baginya selain selimut usang,kalau ditutupkan ke kepala terbuka kakinya,jika diselubungkan ke kaki tersingkap kepala. Tangisan abdurrahman adalah sebab terkenang ungkapan nabi saat melihat mushab di madinah;si tampan yang sejak hijrahnya menjadi papa. Kulitnya kering,mengelupas bagai ular berganti sisik,baju bertambal,tubuhnya kururs kurang gizi.
Dicerita yang lain, Nabi menitikan airmata dan bersabda..
“Bagaimana kalian,jika dunia dibukakan,lalu masing2 kalian berlimpah kekayaan dan kemuliaan?”beliau pandangi sahabat-sahabatnya.Mereka yang saat itu nyaris semua faqir menjawab;”jika demikian keadaan kami pastilah baik ya Rasul!”. Nabi menggeleng dengan pelupuk tergenang,”TIDAK!demi Allah! Demi Allah,kalian hari ini lebih baik daripada kaliian pada hari itu!”

Kembali pada kisah Abdurrahman bin Auf,Maka tangis Abdurahman adalah tangis iri,kepada mereka yang dikarunia kematian di zaman ketika kesempitan menjadi urat persaudaraan. Seperti tangis Umar ketika perbendaharaan Persia yang berlimpah bertimbun di Madinah
”mengapa kau menangis hai Amirul mukminin ?padahal islam dijayakan lewat kepempinanmu, dan kaum muslimin dimakmurkan melalui dirimu?”
umar makin tersedu.”jika ini kebaikan (sambil menunjuk timbunan harta itu) mengapa tidak terjadi di zaman Rasulullah dan abu bakr? Celaka! Mengapa dizamanku?”

Hari-hari ini kita mendengar bahwa menjadi kaya itu mulia,sekaligus bahwa miskin itu tercela.Tapi jika faktanya Nabi dn sahabat utama, lebih khawatir kan kekayaan daripada kemiskinan menyebut lebih baiknya keadaan miskin daripada kaya;sudikah kita tuk memeriksa lagi????

Bahwa kaya dan miskin, lapang dan sempit, bahagia dan duka,bukankah ukuran mulia dan tercelanya manusia. Kemuliaan ada pada SIKAP menjalaninya. Bahwa Quran memuji nabi Sulaiman yang berlimpah harta dan sekaligus mengutuk Qarun si kaya.Lalu ia muliakan Ayyub yang sakit,berduka dan papa,Allah mencela org yang kala diberi kurnia mengatakan “tuhanku memuliakanku” dan saat disempitkan rezqi mengeluh “tuhanku menghinaku”( QS AlFajr ayat 15-16)

Ini mencela rusaknya pola fikir ktka kebanyakan insan yg beragama menjadikan kekayaan sbgai ukuran mulia. Maafkan;CINTA KARENA Nyalah; yang mengaharuskan kita saling menjaga dan menguatkan di jalanNya. Dan Nabipun berdoa”Wa laa taj’alid dunya akbara hammina, wala mablagha ‘ilmina.Jangan jadikan dunia cita terbesar dan tujuan ilmuku.”Saya bersaksi benarlah Nabi tercinta;Nimal malish shalih,li rajulish shalih!Sebaik-baik harta yang baik, di tangan lelaki baik.”

Maka kekayaan itu kebaikan yang pujian padanya bersyarat yaitu kesederhanaan sikap dari si penggegamnya Tetapi memang demikianlh sgala alat beramal kita didunia,kekayaan,ilmu,kekuasaan,cinta;semua kemuliannya pada nilai.
Pun demikian kemiskinan,ia menjadi tak layak dicela sebab Allah Maha Kuasa menjadikannya jalan kemuliaan bagi begitu banyak hamba. Tentu intinya bukan soal miskin,melainkan sikap SABAR yg ada didalmnya.sebagaimana bukan kaya-raya melainkan ungkapan SYUKURnya. Sungguh tuk kebangkitanya,umat hari ini memerlukan pilar2 kebaikan yang ditopang oleh berlimpahnya harta nan tak merasuki hati. Harta hanya sempat melintas pada tangan tak sampai di hati.

Kita ini memerlukan sosok2 layaknya Abu bakr,Utsaman,Abdurrahman ibn Auf. Mereka yg bertaqwa dan tersembunyi, mereka yang miskin harta tapi doanya mengguncang ‘Arsyi;hajat ummat atas mereka besar sekali
Kita hari-hari ini lalu merenungkan sabda Nabi:”bukan syirik yg aku khawatirkan pada kalian sepeninggalanku,melainkan jika dunia dibentangkan pada kalian,lalu kalian saling berlomba memperolehnya hingga sebagian memukul sebagian yang lain!”(muttafaq ‘Alaih)

Maka demikianlah dunia dikhawatirkan sang nabi pada para sahabat yg beriman. Lalu bagaimana kita apa yang kita kejar?
Moga Allah teguhkan kita beriman dan beramal di segala keadaan,berbagi tanpa menanti penuhnya pundi,sedekah tak menunggu kaya berlimpah,Bersabar tanpa harus terkena musibah;bersyukur sebab nikmatNya tak henti mengucur. Dua kendaraan yang sama-sama mengantar ke surga

Mendidik diri tuk memiliki sikap utama (sabar dan syukur) yg mengabdi, tetap lebih harus didahulukan daripada menjadi kaya yang fana.
Inilah yang Allah sedang uji, sudah terasa ujian ini semenjak masuk kampus yang tidak banyak orang tau,tak sempat hati berjumawah akan namanya, dan lagi disni menjemput rezeki yang tak banyak orang tahu disebuah desa. Namun dibalik kedua tempat yang sudah dan sedang dijalani ditemukan orang-orang yang luar biasa,Allah pertemukan dengan mereka,agar diri ini menjadi lebih kenal siapa Dia. Bukankah ini nikmat yang tak banyak orang merasakanya?

Kembali pesan sms dari aa gym masuk:

“sahabatku andry semoga kita jadi ahli syukur. Jangan pernah takut tak kebagian rezeki, tapi takutlah tak bisa bersyukur, karena syukurlah pembuka pintu karunia Allah dan kufur nikmat pembuka kesengsaraan.”
(QS:ibrahim 7) “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kamiakan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”

Mari kita saling ingat dan mengingatkan dalam kebenaran,semoga kita termasuk golongan yang pandai bersyukur dan bersabar




Ditulis,disudut kamar bada maghrib;dibaca di bumi Allah.

Jumat, 18 November 2011

#mehseger=#justrelax

Tadi enjing sateuacan damel kenging broadcast lumayan seger.
Aya-aya waee ah.. :D
Sok ah dituang *eh
LAGU-LAGU SUNDA YANG MENGINSPIRASI LAGU-LAGU DUNIA
- Pileuleuyan (Goodbye - Air Supply)
- Neng Geulis (Pretty Woman - Ray Robinson, Beautiful Girl - Jose Mari Chan)
- Potret Manehna (Picture of You - Boyzone)
- Awewe Tukang Bangunan (Material Girl - Madonna)
- Cing Tulungan (Save Me - Queen)
- Linu (Unwell - Matchbox 21)
- Jol Balik (Welcome Home - Metallica)
- Bajing Luncat (Jump - Van Halen)
- Kunaon Indit (Why Go - Pearl Jam)
- Serat Salira (A Letter to Elise - The Cure)
- Sakasur Kembang Ros (Bed of Roses - Bon Jovi)
- Mojang Priangan (Uptown Girl - West Life)
- Tikamari (Yesterday - The Beatles)
- Panon Hideung (Black Eyed Woman - Santana)
- Ulah Ceurik (Don’t Cry - Joey McIntyre).
- Nyi Entin (Valentine - Jim Brickman St.Martina McBride)
- Cinta Munggaran (First Love - Nikka Costa)
- Teu Aya Deui (I Have Nothing - Katherine McPhee)
- Patepang Deui (I See You Again - The Three Degrees)
- Neneng (Oh Girl - Paul Young)
- Wanci Janari (Morning Has Broken - Kat Steven)
- Kukupu (Butterfly - Mariah Carey)
- Budak Ceurik (When The Children Cry - White Lion)
- Diantosan di Pengkolan (I've Been Waiting For You - Guys Next Door)
- Hampura (Hard to Say I'm Sorry - Chicago).

Justrelax=mehseger

Kamis, 10 November 2011

keutamaan membaca surat al-kahfi pada hari jumat

Berawal dari broadcast dari teman mengenai ajakan untuk membaca alkahfi pada hari jumat. Maka saya coba telusuri lbh mendalam di internet mengenai keutamaanya.berikut saya cukil hadits-hadits yang saya dapat dari blog tetangga.
Sesungguhnya barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum’at.” (HR Hakim 3349)
Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/cahaya-membaca-surah-alkahfi.htm

Daripada Muaz Ibnu Anas Al-Juhari, daripada bapanya, daripada Nabi SAW baginda bersabda:
“Sesiapa membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya daripada kepala hingga kakinya dan sesiapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.” (HR Ahmad)
Daripada Umar beliau berkata, Nabi SAW telah bersabda:
“Sesiapa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumaat, maka bersinarlah cahaya daripada bawah kakinya hingga ke langit, untuknya di hari kiamat dan diampunkannya antara dua Jumaat.” (HR Ibnu Katsir)
Sumber : http://nurjeehan.hadithuna.com/2008/06/surah-al-kahfi-by-sheikh-salah-bukhatir/

Rasulullah saw bersabda:“Maukah aku tunjukkan padamu suatu surat yang diikuti oleh seribu malaikat ketika diturunkan, dan keagungannya memenuhi antara langit dan bumi?” Sahabat menjawab: Mau. Rasulullah saw bersabda: “Surat Ashhabul Kahfi. Barangsiapa yang membacanya pada hari Jum’at, Allah akan mengampuni dosanya sampai Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari, diberi cahaya yang mencapai ke langit, dan akan terjaga dari fitnah Dajjal.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)

Rasulullah saw bersabda:“Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia akan memiliki cahaya pada hari kiamat.” Hadis ini bersumber dari Abu Darda’ dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)
sumber : http://hasanhusein.blogspot.com/2008/10/keutamaan-surat-al-kahfi-dan-fitnah.html

Semogadari uraian di hadits diatas kita dapat mengamalkan pada kamis malam atau jumatnya sendiri,sehingga mendapat keutamaan-keutamaan dari membacanya. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah-langkah kita dalam upaya mendapat ridh-Nya.aamin

Selasa, 08 November 2011

doa pagi

"Ya Allah,Engkau adalah Rabbku.Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain EngkauM Aku adalah hamba-MuMterhadap janji pada-Mu,aku berusaha sekuat kemampuanku. Aku mengakui seluruh nikmat yang Kau berikan padaku,dan aku mengakui pula seluruh dosa yang kukerjakan. Maka ampunilah aku,Sesungguhnya tak ada yang dapat mengampuni dosaku,selain Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya perbuatanku."

Senin, 07 November 2011

Sang Kekal

"Cinta kpd Allah laksana cahaya, apapun yg dikenainya akan bersinar."
"Cinta kpd Allah laksana air yang dengannya Allah menghidupkan segala."
"Cinta kpd Allah laksana bumi, dari situ Allah menumbuhkan semua."
Kala cinta fana merayu,tersadar hnya bersndar diri ini milikNya,untukNya,hidupku apalagi matiku. Lalu terkadang, Dia membuat diri gelisah, apakah ini pertanda tuk memicu rindu Mu pada tangis, dan pinta diri?