Rabu, 13 Agustus 2014

“ Mengenal Gaya Komunikasi dan Kebutuhan Emosional Pada Pria "

Resume Materi Kopdar#4
Komunitas To Be Wonderful Wife
Tanggal : 6 Juli 2014
Pemateri : Adri Suyanto
(Trainer- ayah 2 putri)

Materi ini sbnrnya terinspirasi dari buku Men Are From Mars, Women Are From Venus. Mengapa materi ini sangat penting dan wajib diketahui oleh semua (calon) istri?

Yup, krn secara psikologis kebutuhan seorang laki2 berbeda dg wanita. Krn cara mereka berkomunikasi berbeda dg cara wanita berkomunikasi.
Krn kita sbg sosok kaum hawa seringkali justru bersikap dan menganggap sama apa yg mereka rasakan dg apa yg kita rasakan, menganggap sama apa yg mereka butuhkan dg apa yg kita butuhkan, menganggap sama bgmn cara mereka menyelesaikan mslh dg bgmn cara kita menyelesaikan masalah. Menganggap sama inilah yg justru akhirnya membangun jurang yg semakin lebar antara suami dan istri. Itulah mengapa penting bagi kita untuk memahami materi ini.

Ada bbrp hal yg tidak disebutkan dlm buku ini. Pada dasarnya tatacara komunikasi jg dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter. Kalau dalam pelajaran biologi kita dulu ada istilah fenotif = genotif + lingkungan
Ini jg berlaku dalam hubungan dlm rumah tangga.
Misal secara psikologis tentu orang2 dg tipe sanguinis akan berbeda dg mereka yg bertipe melankolis, koleris, dan plegmatis.
Org sanguinis sepert sy adalah tipe yg hidup di masa kini, sedangkan istri sy bertipe melankolis yg bs hidup di masa yg akan datang. Sehingga lebih sering ketika berdiskusi sy bs mengandalkan argumen2 beliau yg memang bs berpikir jangka panjang dan analitis.
Kalau seorang suami tidak menyadari perbedaan ini mungkin yg muncul adalah perasaan selalu dikalahkan oleh istri krn lbh sering berargumen dan beranalisis dlm diskusi. Padahal ini sebuah keuntungan tersendiri. Bs menutupi kekurangan kita dg kelebihannya.

Begitu jg sebaliknya. Oleh karena itu tak ada salahnya saat kita telah memiliki pendamping hidup nanti bs melakukan tes personality ini. Agar kita tahu apa dan bagaimana sih tipe kepribadian kita dan suami kita. Agar kita faham apa sih kelemahan pd tipe kita dan suami kita. Mengetahui dan memahami inilah salah satu upaya untuk menghindari konflik yg berlebihan. Bs searching koq ttg tes dan keterangan tipe2 personality ini.
Sebenarnya tes kepribadian jenis ini jg dipengaruhi lingkungan. Ada tes lain sebenarnya yg bs kita pakai untuk melihat jenis kepribadian kita scr genetik dan ini ilmiah. Tes stifin. Kita akan tahu apakah kita masuk kategori org sensing, thinking, intuiting, feeling, ataukah insting. Saat kita tahu maka kita bs tepat cara mengarahkan dan memotivasi. Kebetulan sy type intuiting ekstrovert dan istri st intuiting introvert.

Hal lain yg tidak disebutkan di buku ini dan perlu kita pahami adalah ternyata selain type kepribadian mempengaruhi karakter seseorang, lingkungan jg mengambil peran penting dlm hal ini.
Bagi seorang suami spt sy yg lahir  dan besar di kota kecil mungkin memiliki lingkungan yg tidak sama dg istri yg lahir dan besar di kota besar.
Jika kami terbiasa berbicara dg volume tinggi, sebaliknya dg istri.
Jika di daerah sy cara "memuji" anak kecil dg ungkapan misalnya : wah arek koq elek, irunge pesek.. (Wah anak koq jelek, hidungnya pesek)
Tapi bagi istri sy yg mendengar ungkapan ini di awal tentu akan sangat kaget dan tersinggung.
Yup, ternyata lingkungan jg berpengaruh dlm pola interaksi suami-istri. Dan saling bercerita, menyampaikan apa yg disuka dan tidak disuka dr kebiasaan pasangan hidup kita bs membantu proses adaptasi semakin mudah.

Kembali pada buku men are from mars, women are from venus. Ada bbrp bab yg coba mengupas ttg perbedaan umum pada seorang pria dan wanita. Apa saja dan bgmn berkompromi dg perbedaan itu?

A. Perbedaan nilai (value)
- Perempuan : memberi  atau menawarkan petunjuk/nasehat tanpa diminta
Bagi kaum perempuan yg lbh sering menyenangi pola kedekatan hubungan. sering ngobrol dg tmn2 kita, kadang saling curhat dan menceritakan masalah atau kegalauan hati, lalu kawan kitapun memberikan nasihat meski tanpa kita minta. Dan kita fine2 aja. Malah sebaliknya: senang. Betul??

Padahal, pola ini tidak berlaku bagi para laki-laki ! Mereka akan merasa tidak dihargai saat perempuan melakukan hal itu. Karena secara naluri, fokus laki-laki ada pada proses keterampilan dan  penyelesaian masalah. Mrk tidak akan pernah bertanya dan minta solusi sampai ia merasa paling buntu. Krn tantangan skaligus mjd prestasi bg mereka saat bs menyelesaikan masalah. Mereka akan meminta masukan solusi saat mrk BUTUH dan mereka akan  bertanya/mengungkapkannya. 

- Laki-laki : menawarkan penyelesaian, tanpa menghiraukan perasaan.
Krn tipe umum laki-laki yg tidak akan bertanya kecuali sdh buntu dan merasa perlu meminta bantuan, maka ketika ia dapati seorang istri sedang menyampaikan keluh kesahnya hampir dipastikan ia akan memberi solusi. Karena ia pikir kondisinya sama.
Padahal biasanya perempuan menceritakan masalahnya lebih sering hanya untuk minta didengarkan, bukan untuk dikritik dengan masukan yang kadang kurang menghiraukan perasaan.

Contoh kasus, ketika ada sepasang suami istri yang mencari suatu alamat. Sang suami yang merasa tahu dimana letak alamat tersebut membawa pasangan itu “nyasar”. Sebagai istri yang sebenarnya tahu jalan menuju alamat tersebut, pasti kita ingin cepat2 memberitahu. sebaiknya kita menahan diri sampai ditanya oleh suami. Ini untuk menjaga harga dirinya sekaligus sarana bagi kita untuk belajar berkompromi dg karakter umum pd laki2 ini.
“Kunci mulutmu, tahan hatimu”, mungkin itu kata mutiara yang cocok untuk istri pada saat kondisi seperti itu.

Begitu jg dg para suami, saat istri sedang bercerita, perhatikan ia. Meski hanya dg menatap wajah, sesekali bilang "oo.. Hmm.. Ya.. Begitukah?.. Dsb " krn bs jd mereka hanya ingin didengar.

B. Mengatasi Ketegangan Jiwa
- Perempuan : membicarakan masalah a.k.a curhat, minimal melegakan walaupun tidak menyelesaikan masalah. Karena secara naluriah mereka merasa perlu memperbincangkan apa yg merisaukan mereka.
- Laki-laki : menarik diri, masuk “gua” dan memikirkan persoalan mereka dlm diam.

Jika seorang pasangan suami-istri mengalami suatu konflik, umumnya yg didapati adalah sang istri ingin bicara dan menuntut suaminya bicara juga, sedangkan suaminya memilih diam. Bagi istri yg blm paham perbedaan naluriah ini justru akan terjebak dlm permasalahan yg lebih rumit. Menuduh suami lari dari masalah dan tidak mau menyelesaikan masalah. Atau bahkan istri akan merasa tidak berharga krn pasangan hidupnya enggan bercerita apa yg merisaukan mereka.

Setelah mengetahui perbedaan naluriah ini, kita jadi tersadar bahwa cara kita menyelsaikan masalah tentu berbeda dg cara para suami menyelesaikan masalah. Jika kita memilih berbicara, mereka mempunyai “gua”nya sendiri, yaitu tempatnya sendiri untuk menenangkan diri, memikirkan solusi dan mengembalikan semangat hidupnya.

Saat suami mulai memasuki “gua”nya, sebagai seorang istri kita harus menahan diri dan memberi waktu pada mereka. Mungkin ada perasaan ndak tega kalau laki2 yg ia cintai "terbenam" dlm goa untuk menyelesaikan masalahnya, tapi percayalah akan sangat membantunya saat kita menghargai dan memberikan waktu baginya. Jika sdh saatnya, ia akan segera keluar sendiri dari goanya.

Istri belajar menghargai "goa", sedangkan suami belajar mendengarkan menjadi point penting pada bab ini.

C. Cara Memotivasi
- Perempuan : termotivasi saat dihargai (diperhatikan, didengarkan, dipuji dsb)
Ex : saat suami memuji masakan/pakaian yg dikenakannya
- Laki-laki : termotivasi saat merasa dibutuhkan
Ex : saat perempuan meminta tolong pada suaminya.

Istri belajar cara menerima, sedangkan suami belajar cara memberi.
Krn bagi wanita ia akan bahagia saat yakin kebutuhan2nya akan dipenuhi, bkn sekedar urusan materi, tp jg kebutuhan emosi seperti perlu merasa dicintai dan dihargai. Oleh karena itu kaum perempuan lbh sering memberi, lbh sering mengalah dan berkorban. Tapi waspadai fase bosan pd sifat ini. Entah pada thn ke berapa pernikahan akan mulai muncul pemikiran kenapa harus selalu aku yg mengalah? Ada tuntutan keinginan agar mendapat dukungan emosional yg lebih "layak" dr pasangannya.
Pengertian, kepercayaan, kasih sayang, penerimaan dan dukungan merupakan pemecahannya. Bukan sekedar SALING menyalahkan pasangan kita. Termasuk bagi para istri, drpd menyalahkan seorang suami akan kekurangannya dlm memberi lbh baik mulai bljr menerima kekurangannya dan mengkomunikasikan keinginan hatinya dg cara yg manis.
Itulah kenapa td disebutkan wanita belajar menerima dan laki2 belajar memberi.

Contoh kasus, pada awal pernikahan lelaki selalu menjadi pihak dominan dan istri biasanya mengalah dengan alas an ingin menjadi istri yang sholehah. Padahal istri juga punya titik batas yang bisa menjadi letusan gunung jika ditahan terlalu lama. Jadi, ungkapkan keinginan sekecil apapun dan diskusikan bersama untuk memperkecil konflik.

D. Bahasa
Pada bab ini kita akan mempelajari kesalapahaman yg umum terjadi antara pria dan wanita krn mereka berbicara dg bahasa yg berbeda.
- Perempuan : pesan implisit
- Laki-laki : pesan eksplisit

Untuk dpt mengungkapkan perasaan2 secara utuh, wanita menggunakan berbagai macam superlatif, metafor dan generalisasi. Jika seorang wanita mengatakan "aku tidak apa2" sebenarnya ia sedang memberi isyarat kepada suaminya bahwa ia sedang apa2. Tapi suami tak bisa menangkap pesan ini dg baik kfn memang kaum adam tak bisa menangkap pesan implisit. Jika yg istri katakan A padahal maksudnya B, maka yg bs mereka tangkap adalah apa yg dikatakan dan dimaksudkan istri adalah A.

Jadi para istri, mulailah belajar
berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami, jangan menggunakan kalimat2 ambigu. karena pasangan kita bukan seorang paranormal yang bisa tahu isi hati kita. Jadi pilihlah bahasa yang paling mudah dipahami untuk mengurangi miskomunikasi. Jika ingin A katakan A. Jika berharap B katakan B.

Begitu pula sebaliknya. Jika suami berkata A, brarti istri tak perlu menafsirkan B seperti kebiasaanya. Jika suami mengatakan aku tak apa2 dan semuanya beres, yakinlah saja bahwa memang itu yg ia rasakan. Bukan justru menafsirkan dg cara kita bahwa suami pasti  apa2 dan sedang ada yg tak beres.

E. Keintiman :
Pada bab 6 dan bab 7 pd buku best seller karya John Grey ini akan membedah ttg perbedaan pola kebutuhan keintiman antara wanita dan pria.
- Perempuan : seperti gelombang, ketika senang maka akan sangat senang, ketika sedih akan sangat sedih. Gelombang ini bs naik dan turun dlm waktu yg cepat dan drastis.
Jika ia merasa dicintai, ia akan senang dan gelombangnya akan naik, tp saat suasana hatinya sedang tak enak gelombang ini bs turun secara tiba2.
- Laki-laki : seperti karet gelang, kadang butuh waktu untuk menarik diri agar setelahnya semakin rekat.
Apabila dipahami, siklus kehangatan laki2 ini dpt memperkaya suatu hubungan, tp krn disalahartikan, siklus ini justru menciptakan kesulitan2 yg tidak perlu.

Sy bersama istri pernah melihat salah satu film india yg menggambarkan kondisi ini. Sang suami ijin pergi bbrp saat untuk me time. Agar saat ia kembali kerumah ia merasakan kerinduan yg mendalam dan cinta yg semakin besar pd istri dan anak2nya. Yup, itulah makna karet gelang. Jd para istri tak perlu menuduh yg bukan2 saat suami mulai sejenak menjauh, atau tak perlu panik dg mencari tahu apa salahnya sampai suami mulai menjauh. Ingat, itu kebutuhan kaum adam. Karet gelang. Ia kan kembali pada kita segera dg kerinduan dan cinta yg semakin besar.

F. Kebutuhan emosional
Kaum pria dan kaum wanita umumnya tidak menyadari bahwa mereka mempunyai kebutuhan emosioanal ug berbeda. Akhirnya mereka tidak tahu cara saling mendukung. Lazimnya pria memberikan apa yg dikehendaki pria dlm hubungan itu, begitu jg wanita. Masing2 secara keliru menganggap pihak lain mempunyai kebutihan dan keinginan yg sama. Akhirnya justru kecewa yg didapat.

- Perempuan perlu menerima: perhatian, pengertian, rasa hormat, kesetiaan, penegasan, jaminan
- Laki-laki perlu menerima: kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan, dorongan
Perhatikan perbandingan di tiap urutan masing2. Misal saat wanita butuh perhatian, pria butuh kepercayaan. Dst

Pada poin penerimaan pd kekurangan ini ada 2 hal sensitiv yg perlu dijaga oleh seorang istri. Masalah maisyah/pendapatan dan ttg kehidupan di atas ranjang. Butuh ketrampilan lebih dan kehati2an saat akan mengkomunikasikan pd suaminya dalam rangka mencari solusi. Jika tidak tepat cara menyampaikannya bs2 justru melukai hati sang suami.

G. Cara berkomunikasi selama saat2 sulit
Pada bab 11 buku ini kita akan mempelajari bgmn menyampaikan perasaan2 yg sulit. Tentu tdk mudah saat kita merasa sedih, kecewa diminta menyampaikan perasaan dg penuh cinta. Perbincangan2 yg berniat untuk menyelesaikan masalah justru terkadang menjadikan masalah semakin rumit. Krn kondisi marah atau sedih, kita para wanita justru akan lebih banyak menangis dan tak mampu menyampaikan apa yg menjadi uneg2 kita.

Kita bisa mencoba melakukan cara yg disarankan John Gray pada buku ini dg coba berkomunikasi dg surat cinta. Yup.. Menuliskan apa yg membuat kita marah, sedih, takut, menyesal sekaligus cinta pada sosoknya. Dengan menuliskan perasaan2 kita dg cara tertentu, perasaan2 negatif itu secara otomatis akan berkurang dan perasaan2 positif akan bertambah.

Saya dan istri termasuk mempraktekkan cara ini jika kami tak mampu mengkomunikasikan masalah secara verbal. Kami salkng berdiskusi dan menuliskan perasaan dan harapan dlm bentuk tulisan. Tidak harus dg kertas, tp jg bs via bbm. Dan alhamdulillah cara ini hampir selalu ampuh untuk bs saling memahami apa yg dirasakan dan diharapkan masing2 pihak. Dengan demikian solusi pun lebih mudah dicari dan disepakati.

Proses komunikasi laki-laki dan perempuan itu DINAMIS, tak ada patokan pasti. Tidak semua yang dibuku itu bisa diterapkan pada semua orang.
Bahkan proses ta’aruf dilakukan terus-menerus sampai nantinya dipisahkan, begitu nasehat ust. Salim A Fillah.
Jadi, pahamilah karakter masing-masing untuk mempermudah proses komunikasi kita agar bisa memperkecil konflik.