Senin, 29 Juni 2015

Memilih dengan ilmu Nya

"Pernikahan adalah perkara yang peka" ujar Ibunda kita, Aisyah ra. "terkembalikan pada masing-masing pribadi dalam meraih keberkahannya." Maka, setelah memahami bahwa memilih karena agama adalah suatu pengarahan dadri Rasullullah, dalam hal yang batin dan rahasia, tiada tempat bersandar kecuali Allah Azza wa Jalla.

Beliau bersabda, "Jika seorang dari kalian menghadapi soalan, maka rukuklah dalam shalat dua rakaat kemudian berdoalah:

"Ya Allah aku memohon pilihan Kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan memohon ketetapa dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon karunia-Mu yang Agung. Karena Engkau Mahamampu, sedang aku tak mampu, Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tak tahu. Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. YA Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku,kehidupanku, dan kesudahan urusan ini maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah untukku kemudian berikanlah berkah padanya. Namun, sebaliknya, ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja di mana pun adanya, kemudian jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu"(Hr. Bukhari)

Betapa indahnya doa Istikharah ini. Di dalamnya terdapat pembelajaran dan penghayatan tentang tauhiid, adab dan juga tawakkal. Inilah kita para hamba yang lemah;itulah DIa Rabb kita Yang Maha Sempurna. Kita memohon pilihan dengan ilmu-Nya, bukan pengetahuan kita. Sebab wawasan kita sedikit, terbatas, tak melampaui yang terlibat, dan sering kali bias. Kita memohon ketetapan dengan kuasa-Nya, bukan kekuatan kita. Sebab apalah daya kita, sdangkan cinta adalah urusan hati. Dan semua qalbu para hamba berada dalam genggaman Ar-rahman. Dia yang membolak-balikannya;Dia yang mengaruniainya rasa;Dia yang menganugerahinya cinta. Imam Qurthubi menyatakan:" Hendaklah dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan sebelum dia beristikharah." Kemudian, lanjut beliau setelah dia melakukan isttikharah, maka hendaknya dia memilih untuk mengerjakan apa yang hendak dia lakukan dari urusan yang ia minta pilihan padaNya. Jika merupakan kebaikan, maka-insya Allah Ia akan memudahkanya. Jika merupakan keburukan, maka-Insya Allah- Ia akan memalingkannya dari urusan tersebut." Imam Muhammad ibn Ali Az-Zamlakani mewanti-wanti, "termasuk khurafat adalah apa yang diyakini oleh sebagian orang bahwa siapa yang sudah melakukan Istikharah, maka jangan melakukan apa pun hingga mendapatkan mimpi yang baik atau mimpi yang mengarahkanya dan seterusnya. Ini sungguh merupakan perbuatan orang jahil tatkala dia menyandarkan urusanya pada sebuah mimpi. Petunjuk Allah tidaklah selalu datang melalui mimpi. Hanya Allah tempat memohon pertolongan" Adapun wasilah lanjutan yang dianjurkan agar peroleh tepatnya pilihan dan indahnya kesudahan adalah musyawarah. Sebab, ia sebagaimana menyuling madu untuk mendapatkan sari yang paling murni, pendapat-pendapat yang jernih dan tulus akan tersaring menjadi kemantapan urusan. Maka, bermusywarah dengan mereka yang menjaga ibadahnya, yang indah akhlaknya, yang dalam ilmunya, yang khusyu dan tawadhu."

Takkan menyesal orang yang beristikharah. Takkan rugi orang yang bermusyawarah( HR. Ath-thabrani) Kebingungan tersisa yang datang di antara segala pilihan kebaikan, mari selesaikan dengan nasihat Imam Asy-syafii  " jika beberapa pilihan yang semuanya kebaikan membingungkanmu dank au tak tau yang mana pengundang keridhaan Rabbmu, maka pilihlah yang paling menyelisihi hawa nafsu." Saatnya jujur pada hati, agamalah pertimbangan utama. Selainya jika tercondong hawa nafsu, pilihlah yang berlawanan. Jika kecantikan yang membuatnya tergerak, pilihlah yang selainya. Jika kekayaan yang membuatnya berminat, ambillah yang diseberangnya, Insya Allah dengan mengingkari hawa nafsu itu akan menjadi jalan menuju ridha-Nya. Allah memberikan kemudahan untuk kita, Allah tidak ingin memberikan kesusahan dan kesempitan termasuk dalam hal ini. Selamat beristikaharah, semoga Allah mengaruniakan jodoh dunia hingga ke surga kelak.

Maraji; Menikah Memuliakan Sunnah,Salim A Fillah

Selasa, 02 Juni 2015

Kita yang lemah

Seperti yang dinasihatkan ustadz bachtiar dalam milad aql tahun lalu.

اَلْعَنْكَبُوْتُ ...
Laba-laba
تَقُوْمُ أُنْثَى الْعَنْكَبُوْتِ بِقَتْلِ الذَّكَرِ بَعْدَ اَنْ تُنْجِبَ الْأَوْلَادَ وَتُلْقِيْهِ خَارِجَ الْبَيْتِ..
Laba-laba betina melakukan pembunuhan terhadap laba-laba jantan setelah laba-laba betina tersebut memiliki anak, lalu dia membuang sang jantan ke luar rumah (sarang)
وَبَعْدَ أَنْ يَكْبُرَ الْأَوْلَادُ يَقُوْمُوْنَ بِقَتْلِ الْأُمِّ وَإِلْقَائِهَا خَارِجَ الْمَنْزِلِ..
Setelah anak-anaknya tumbuh besar, mereka pun melakukan pembunuhan terhadap ibunya, lalu melemparnya ke luar rumahnya (sarang)
بَيْتٌ عَجِيْبٌ مِنْ أَسْوَأِ الْبُيُوْتِ عَلَى الْأِطْلَاقِ.
rumah yang mencengangkan, merupakan rumah yang paling buruk secara keseluruhan
لَقَدْ وَصَفَهَا الْقُرْآنُ بِآيَةٍ وَاحِدَةٍ..
Al-Qur’an menjelaskannya dalam satu ayat
(وَإنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ)
dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (QS: Al-Ankabuut: 41)
سُبْحَانَ اللهِ !!!
Maha suci Allah
لَقَدْ كَانَ النَّاسَ يَعْلَمُوْنَ مَدَى الْوَهْنِ فِي الْبَيْتِ الْحِسِّي لِلْعَنْكَبُوْتِ لَكِنَّهُمْ لَمْ يُدْرِكُوْا
الْوَهْنَ الْمَعْنَوِيَّ إِلَّا فِي هَذَا الْعَصْرِ...!!
Dahulu orang-orang mengetahui hanya sebatas kelemahan pada rumah fisik laba-laba, namun mereka tidak menemukan kelemahan maknawi kecuali di masa sekarang ini
وَبِالتَّالِي جَاءَتِ الْآيَةُ : لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ !!
Lalu selanjutnya ayat mengatakan “kalau mereka mengetahui.”
وَمَعَ ذَلِكَ يُسَمِّي اللهُ تَعَالَى سُوْرَةٌ بِاسْمِ هَذِهِ الْحَشَرَةِ السَّيِّئَةِ الصِّيْتِ وَيَتَكَلَّمُ عَنْهَا فِي آيَةٍ
Bersamaan dengan hal itu Allah menamakan surat dengan nama serangga buruk yang terkenal tersebut, Allah menyebutnya dalam satu ayat
مَعَ أَنَّ السُّوْرَةَ تَتَحَدَّثُ مِنْ أَوَّلِهَا لِآخِرِهَا عَنِ الْفِتَنِ ؟
Padahal surah berbicara dari awalnya sampai akhir mengenai berbagai fitnah.
الْبِدَايَةُ كَانَتْ (أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS: Al-Ankabuut: 2)
وَ (وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ آمَنَّا بِاللهِ فَإِذَا أُوْذِيَ فِي اللهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللهِ)
dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. (QS: Al-Ankabuut: 10)
قَدْ يَتَبَادَرُ لِلذِّهْنِ مَا عَلَاقَةُ الْفِتَنِ بِالْعَنْكَبُوْتِ ؟
Mungkin langsung muncul di fikiran apa kaitan fitnah-fitnah tersebut denga laba-laba
الْجَوَابُ : إِنَّ تَدَاخُلَ الْفِتَنِ يُشْبِهِ خُيُوْطَ الْعَنْكَبُوْتِ..
Jawabannya: bahwa fitnah-fitnah tersebut datang seperti jaring laba-laba
فَالْفِتَنُ مُتَشَابِكَةٌ وَمُتَدَاخِلَةٌ فَلَا يَسْتَطِيْعُ الْمَرْءُ أَنْ يُمَيِّزَ بَيْنَهَا وَهِيَ كَثِيْرَةٌ وَمُعَقَّدَةٌ وَلَكِنَّهَا هَشَّةٌ وَضَعِيْفَةٌ إِذَا اسْتَعَنَّا بِاللهِ ..
Maka fitnah-fitnah tersebut, semrawut, saling berjalinan, maka seseorang tidak sanggup membedakan antara satu fitnah dan yang lainnya, karena fitnah yang banyak, saling berkaitan. namun fitnah itu sebenarnya rentan, dan lemah jika kita meminta pertolongan Allah
"اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الْفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ"
Ya Allah, lindungi kami dari segala fitnah, yang tampak darinya maupun yang tidak tampak
... سُئِلَ أَحَدُ الْعُلَمَاءِ
Salah seorang ulama ditanya
مَا الَّذِيْ أَوْصَلَ حَالَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَى هَذِهِ الدَّرَجَةِ مِنَ الذُّلِّ وَالْهَوَانِ وَتَكَالُبِ الْأَعْدَاءِ ؟؟؟
Apa yang mengantarkan kondisi muslimin ke tingkat seperti ini, berupa kerendahan, kehinaan, musuh yang menyatakan perlawanan secara terang-terangan?
فَرَدَّ :
Ulama itu menjawab
عِنْدَمَا فَضَّلْنَا الثَّمَانِيَةَ عَلَى الثَّلَاثَةِ
Saat kita lebih mengutamakan yang delapan dari yang tiga
فَسُئِلَ : مَا هِيَ الثَّمَانِيَةُ ؟
وَمَا هِيَ الثَّلَاثَةُ ؟
Lalu dia ditanya lagi, apa saja yang delapan itu, dan apa pula yang tiga?
فَأَجَابَ : إِقْرَؤُوْهَا فِي قَوْلِهِ تَعَالَى
Ulama itu menjawab: “bacalah itu pada firman 
(( قُلْ إِنْ كَانَ
Katakanlah: "Jika
1. آبَاؤُكُمْ
1. bapak-bapakmu,
2. وَأَبْنَاؤُكُمْ
2. anak-anakmu
3. وَإِخْوَانُكُمْ
3. saudara-saudaramu,
4. وَأَزْوَاجُكُمْ
4. isteri-isterimu,
5. وَعَشِيْرَتُكُمْ
5. kaum keluarga kalian,
6. وَأَمْوَالٌ إِقْتَرَفْتُمُوْهَا
6. harta kekayaan yang kamu usahakan,
7. وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
7. perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
8. وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
8. dan tempat tinggal yang kamu sukai,
أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ
adalah lebih kamu cintai dari
1. اللهِ
1. Allah
2. وَرَسُوْلِهِ
2. dan RasulNya
3. وَجِهَادٍ فِي سَبِيْلِهِ
3. dan dari berjihad di jalan nya,
فَتَرَبَّصُوْا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لَا يَهْدِيْ الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ )
Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS: At-Taubah: 24
تَسْتَحِقُّ التَّأَمُّلَ
Anda berhak merenung
�� لَفْتَةٌ رَائِعَةٌ أَعْجَبَتْنِيْ :
Sebuah isyarat yang luar biasa yang membuatku kagum
اَلْيَوْمَ يُقْبَلُ مِنَّا مِثْقَالُ ذَرَّةٍ
Hari ini, (kebaikan) kita diterima walau seberat biji dzarrahpun
وَغَدًا لَنْ يُقْبَلَ مِنَّا مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا ..
Besok, kita tidak akan diterima meskipun (menebus dengan) emas sepenuh bumi
طِبْتُمْ وَطَابَ يَوْمُكُمْ بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى
Semoga kalian beruntung, dan hari kalian penuh keberuntungan dengan mengingat Allah ta’aalaa