Tanggal 25 April 2016, jam menunjukan pukul 23.05, Dr. Aris Primadi, Sp.A
(K) belum kunjung datang. Sudah 3 malam
dilewati dengan hal yang sama, menunggu visit
dokter, menunggu hasil perkembangan kesehatan kaka Fathan day to day. Badan ini kembali direbahkan di sofa pojok ruangan,
leher bersandar pada ujung sofa. Teringat cerita mozaik hidup saya satu tahun
lalu, pertemuan peradaban, pertemuan yang tidak akan pernah terlupakan.
***
"Antum sudah masuk kategori wajib nikah.”
Begitulah pesan Pak
Cahyadi Takariawan pada saat saya mendampingi beliau dalam acara Mabit Tafaqquh
Fiddin yang bertemakan "Rayakan Cinta, Bangun Peradaban Bervisi Syurga"
di STF Daarut Tauhiid Jakarta 14 Februari 2015. Diskusi malam itu berhenti sejenak.
Seketika badan ini mengigil setelah saya sedikit cerita tentang kegelisahan hati
saya di Jakarta, dan beliau dengan serius, memegang lutut saya seraya
menyampaikan satu kalimat pesan tersebut.
"Tapi Ustadz, saya belum siap."
"Antum belum siap karena apa? Menikah itu tidak ada yang siap 100%,
syetan selalu membisiki akan kekhawatiran dan ketakutan menikah."
Saya tetap terdiam, rasa dingin di kaki sudah mulai sedikit menghangat.
"Perbanyak baca istighfar, minta petunjuk ke Allah. Saya yakin jodoh
antum sudah dekat"
Tak lama berselang, MC memanggil nama beliau untuk memberikan taujih
kepada jamaah I’tikaf malam itu setelah sebelumnya Ust. Salim A Fillah
menyampaikan mengenai cerita di bukunya; “BarakalLahulaka”.
Setelah pertemuan itu, saya memperbanyak istikharah dan meminta saran
dari murabbi. Dengan ridha Nya saya bulatkan niat untuk menikah segera.
***
Di pekan berikutnya, masih belum ada "pergerakan khusus" sama
sekali dari saya. Walaupun saya pernah ikut Sekolah Pra Nikah (Ar-Rahman Pre
Wedding Academy; APWA) yang diadakan oleh AQL (Ar-Rahman Qur’anic Learning Center)
pada akhir tahun 2014, namun saya masih gugup bagaimana memulai prosesnya.
Tak lama berselang beberapa calon Allah hadirkan dari perantara teman dan
ustadz yang sebelumnya saya tidak pernah bincang dengan siapapun tentang ini.
Allah gerakkan hati teman-teman (yang sebagian lainnya sudah jarang
komunikasi). QadarulLah belum ada yang pas.
Sampai di awal pekan bulan Maret (8 Maret 2015), saya kembali membersamai
Ust. Salim A Fillah untuk mendampingi Aa Gym kajian tauhiid di mesjid Istiqlal.
Bakda kajian Istiqlal, kami berkunjung ke pameran Diponegoro yang tak jauh dari
Mesjid Istiqlal.
Di sela diskusi saat mengelilingi pameran diponegoro,
"Ustadz, di zaman saat ini bagaimana awal kita membangun peradaban?"“Antum sudah menikah?"Saya geleng-geleng kepala."Lakukan 2 hal, sholat subuh di mesjid dan segeralah menikah!"#Jleb
Dua nasihat tersebut semakin menguatkan niat
saya. Ulama adalah pewaris nabi, orang yang dekat dengan Allah. Saya yakin ini
adalah salah satu petunjuk yang diberikan Allah untuk saya. Ihdinash shiraathal
Mustaqiim.
***
Dua minggu berselang. Cara menjemput jodoh yang
terbaik adalah dengan memantaskan diri untuk menjadi suami yang shalih. Suami
shalih menginginkan anak yang shalih, dan hak pertama anak yang wajib dipenuhi
oleh seorang ayah adalah mencari calon ibu terbaik untuk dirinya. Ah tak henti
sepanjang malam cari ilmu mengenai keluarga,
perbanyak beristighfar di waktu malam dan sepanjang perjalanan pulang pergi
kantor 100km/hari juga minta doa dan ridho dari Papa.
Akhir maret 2015, di perjalanan menuju
kantor, suasana hati begitu nyaman. Terlintas sekelebat di pikiran tulisan
artikel yang menggugah jiwa, mengajarkan apa itu tauhiid. Perjalanan langsung
berhenti sejenak, mencari artikel dia. Klik blog pribadinya, search berdasarkan judul dan tahun, ah 5
menit berselang tak kunjung mendapatkan artikel tersebut.
Dari sanalah benih syurga tumbuh, coba
mencari tahu siapa dia, dari tulisan, postingan, dengan siapa dia berinteraksi,
bagaimana hubungannya dengan anak-anak, bagaimana hubungannya dengan yang lebih
tua, sederhananya 1/0 =~.
1 untuk agama dengan melihat bagaimana interaksi (akhlak)
pada yang lebih tua, sebaya dan anak-anak.
0 untuk semangatnya dalam mencari
ilmu, karena siapa yang bersemangat mencari ilmu akan Allah mudahkan jalan ke
syurga :)
"Duhai Yaa Allah tunjukkan yang benar itu benar, berikan kekuatan untuk mengikutinya. Duhai Yaa Allah tunjukkan yang salah itu salah, berikan kekuatan untuk menjauhinya. Mudahkan diri ini dalam menjemput jodoh, pilihkan jodoh terbaik, jodoh yang qanitat, calon ibu yang lembut penyayang, calon ibu teladan bagi anak-anak kami kelak, peneduh jiwa hati ini yang gersang. Duhai Yaa Allah, pantaskan diri ini menjadi suami dan ayah yang shalih, tunjuki jalan-jalannya agar diri ini bisa berikhtiar menjadi shalih.”
Hati ini merasa tenang, gelombang cinta yang
belum pernah hadir sebelumnya. Kemantapan hati ini dirasakan oleh Papa, ketika
bicara keinginan menikah dengan Teh Ria Nurfitriani Dewi. Kata papa:
“Andry sudah mantap, Papa iringi dengan doa
dan ridho Papa". Esoknya saya meminta seorang sahabat, untuk bertanya
langsung pada teh Ria akan kesiapan menikah dalam waktu dekat.
Jam sudah menunjukan 23.25, terlihat Dokter
Aris melewat ruangan ICU, tak lama berselang ada panggilan "Keluarga bayi
Nyonya Ria?"
Bagaimana keadaan kaka saat ini? Kapan ia bisa
pulang ke rumah? Banyak tanya dalam dada. Saya bergegas menuju pintu ruangan ICU.
Laa haulaa walaa quwwata illa billah!
***
Setahun Bersamamu- Beberapa jam setelah akad,bulan pertama(ngeBaso laksana Tasik,main ke sawah di sumedang), 6 bulan(bakda sidang sarjana), 8 bulan(wisuda S1), 9 bulan(bulan pertama kaka Fathan):) |