Sabtu, 19 November 2011

bersemangatkah tuk kaya? (1)

Sudah lama tak menulis, sudah banyak draft yang belum sempat(atau tak disempatkan untuk di released),kali ini saya mau sedikit cerita dari kejadian akhir-akhir ini di timeline,banyak sekali para (katanya) motivator mengenai harusnya menjadi seorang yang kaya,punya itu,punya ini, bisa itu dan bisa ini jika kaya. Awal-awal kuliah,3 tahun lalu begitu bersemangat mendengar kata-kata beliau,namu seiring berjalanya waktu. Menyadari apakah benar ini sajakah yang dicari? Apa ini yang Dia mau untuk hambanya? Apakah ini teladan dari sang nabi?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul seketika setelah mulai terjun kedunia industri,
malam hari setelah selepas bekerja masuk sms dari Aa gym:

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan,maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS 35:10)
“sahabatku andry yang baik hati, mencari kemuliaan dan kebahagiaan dengan harta benda dan penilaian manusia, pasti tak akan pernah didapat, hanya melelahkan batin serta semu belaka,carilah kemuliaan disisi Allah, dijamin bahagia,mulia yang asli dan kekal.”

Inikah yang disebut,siapa yang ingin mendekat padaNya,Dia kan beri jalan keluar. Fatawakkal Allahu,fahuwwa hasbuuk. Alhamdulillah,menerangi dan menyelami ilmu baru mengenai hakikat kekayaan sebenarnya. Setelah sedikit belajar dari satu guru ke guru yang lain saya akan bercerita hasil ilmu yang masih sedikit ini,bismillah
Bersemnagat tuk jadi kaya,kuat dan bermanfaat bagi seluas-luas sesama adalah mulia. Tapi haruskah kita mencela kemiskinan dan keadaan papa?Andai pada kemiskinan sama sekali tiada kebaikan,akankah nabi bersabda,”aku diperlihatkan surga,kebanyakan penduduknya miskin adanya.” Nabi juga pernah mnyebut betapa seorang miskin,kusut,compang-camping dan tak laku,lebih baik dari sepenuh bumi si tampan berkekayaan Adalah Abdurrahman ibn auf,si kaya yg berpenampilanya tak beda dengan budaknya,suatu hari menangis ketika dihidangkan roti lembut.
Tersedu dia berkata,mush’ab ibn umair lebih baik dari kami. Dia tak pernah menikmati makanan seperti ini. Kala syahid di uhud, tiada kafan baginya selain selimut usang,kalau ditutupkan ke kepala terbuka kakinya,jika diselubungkan ke kaki tersingkap kepala. Tangisan abdurrahman adalah sebab terkenang ungkapan nabi saat melihat mushab di madinah;si tampan yang sejak hijrahnya menjadi papa. Kulitnya kering,mengelupas bagai ular berganti sisik,baju bertambal,tubuhnya kururs kurang gizi.
Dicerita yang lain, Nabi menitikan airmata dan bersabda..
“Bagaimana kalian,jika dunia dibukakan,lalu masing2 kalian berlimpah kekayaan dan kemuliaan?”beliau pandangi sahabat-sahabatnya.Mereka yang saat itu nyaris semua faqir menjawab;”jika demikian keadaan kami pastilah baik ya Rasul!”. Nabi menggeleng dengan pelupuk tergenang,”TIDAK!demi Allah! Demi Allah,kalian hari ini lebih baik daripada kaliian pada hari itu!”

Kembali pada kisah Abdurrahman bin Auf,Maka tangis Abdurahman adalah tangis iri,kepada mereka yang dikarunia kematian di zaman ketika kesempitan menjadi urat persaudaraan. Seperti tangis Umar ketika perbendaharaan Persia yang berlimpah bertimbun di Madinah
”mengapa kau menangis hai Amirul mukminin ?padahal islam dijayakan lewat kepempinanmu, dan kaum muslimin dimakmurkan melalui dirimu?”
umar makin tersedu.”jika ini kebaikan (sambil menunjuk timbunan harta itu) mengapa tidak terjadi di zaman Rasulullah dan abu bakr? Celaka! Mengapa dizamanku?”

Hari-hari ini kita mendengar bahwa menjadi kaya itu mulia,sekaligus bahwa miskin itu tercela.Tapi jika faktanya Nabi dn sahabat utama, lebih khawatir kan kekayaan daripada kemiskinan menyebut lebih baiknya keadaan miskin daripada kaya;sudikah kita tuk memeriksa lagi????

Bahwa kaya dan miskin, lapang dan sempit, bahagia dan duka,bukankah ukuran mulia dan tercelanya manusia. Kemuliaan ada pada SIKAP menjalaninya. Bahwa Quran memuji nabi Sulaiman yang berlimpah harta dan sekaligus mengutuk Qarun si kaya.Lalu ia muliakan Ayyub yang sakit,berduka dan papa,Allah mencela org yang kala diberi kurnia mengatakan “tuhanku memuliakanku” dan saat disempitkan rezqi mengeluh “tuhanku menghinaku”( QS AlFajr ayat 15-16)

Ini mencela rusaknya pola fikir ktka kebanyakan insan yg beragama menjadikan kekayaan sbgai ukuran mulia. Maafkan;CINTA KARENA Nyalah; yang mengaharuskan kita saling menjaga dan menguatkan di jalanNya. Dan Nabipun berdoa”Wa laa taj’alid dunya akbara hammina, wala mablagha ‘ilmina.Jangan jadikan dunia cita terbesar dan tujuan ilmuku.”Saya bersaksi benarlah Nabi tercinta;Nimal malish shalih,li rajulish shalih!Sebaik-baik harta yang baik, di tangan lelaki baik.”

Maka kekayaan itu kebaikan yang pujian padanya bersyarat yaitu kesederhanaan sikap dari si penggegamnya Tetapi memang demikianlh sgala alat beramal kita didunia,kekayaan,ilmu,kekuasaan,cinta;semua kemuliannya pada nilai.
Pun demikian kemiskinan,ia menjadi tak layak dicela sebab Allah Maha Kuasa menjadikannya jalan kemuliaan bagi begitu banyak hamba. Tentu intinya bukan soal miskin,melainkan sikap SABAR yg ada didalmnya.sebagaimana bukan kaya-raya melainkan ungkapan SYUKURnya. Sungguh tuk kebangkitanya,umat hari ini memerlukan pilar2 kebaikan yang ditopang oleh berlimpahnya harta nan tak merasuki hati. Harta hanya sempat melintas pada tangan tak sampai di hati.

Kita ini memerlukan sosok2 layaknya Abu bakr,Utsaman,Abdurrahman ibn Auf. Mereka yg bertaqwa dan tersembunyi, mereka yang miskin harta tapi doanya mengguncang ‘Arsyi;hajat ummat atas mereka besar sekali
Kita hari-hari ini lalu merenungkan sabda Nabi:”bukan syirik yg aku khawatirkan pada kalian sepeninggalanku,melainkan jika dunia dibentangkan pada kalian,lalu kalian saling berlomba memperolehnya hingga sebagian memukul sebagian yang lain!”(muttafaq ‘Alaih)

Maka demikianlah dunia dikhawatirkan sang nabi pada para sahabat yg beriman. Lalu bagaimana kita apa yang kita kejar?
Moga Allah teguhkan kita beriman dan beramal di segala keadaan,berbagi tanpa menanti penuhnya pundi,sedekah tak menunggu kaya berlimpah,Bersabar tanpa harus terkena musibah;bersyukur sebab nikmatNya tak henti mengucur. Dua kendaraan yang sama-sama mengantar ke surga

Mendidik diri tuk memiliki sikap utama (sabar dan syukur) yg mengabdi, tetap lebih harus didahulukan daripada menjadi kaya yang fana.
Inilah yang Allah sedang uji, sudah terasa ujian ini semenjak masuk kampus yang tidak banyak orang tau,tak sempat hati berjumawah akan namanya, dan lagi disni menjemput rezeki yang tak banyak orang tahu disebuah desa. Namun dibalik kedua tempat yang sudah dan sedang dijalani ditemukan orang-orang yang luar biasa,Allah pertemukan dengan mereka,agar diri ini menjadi lebih kenal siapa Dia. Bukankah ini nikmat yang tak banyak orang merasakanya?

Kembali pesan sms dari aa gym masuk:

“sahabatku andry semoga kita jadi ahli syukur. Jangan pernah takut tak kebagian rezeki, tapi takutlah tak bisa bersyukur, karena syukurlah pembuka pintu karunia Allah dan kufur nikmat pembuka kesengsaraan.”
(QS:ibrahim 7) “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kamiakan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”

Mari kita saling ingat dan mengingatkan dalam kebenaran,semoga kita termasuk golongan yang pandai bersyukur dan bersabar




Ditulis,disudut kamar bada maghrib;dibaca di bumi Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar