Kamis, 11 Desember 2014

Kemenangan yang Besar


“Kami pernah berembuk, siapakah di antara kalian yang bersedia datang kepada Rasulullah, untuk menanyakan kepada beliau tentang amal apakah yang disukai Allah? Namun tidak ada seorang pun dari kami yang beranjak bangun. Kemudian Rasulullah mengutus seseornag kepada kami, yakni surat ash-shaff secara keseluruhan” HR. Imam Ahmad

"Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.( 1-4)



Maha besar Allah, sebelum menyebutkan kata benci dan cinta, Allah hujamkan dahulu kekuasaanNya. Bahwa kebencianNya, pada dia yang sering berkata namun tidak ada yang diperbuat( pelajaran untuk yang nulis ini) da begitu amat mencintai bagi orang yang berjihad dijalan Allah dalam barisan yang teratur. Ibn Abbas mengatakan yakni teguh, tidak akan tumbang, masing-masing bagian merekat erat dengan yang lain. Qatadah menafsirkan, Tidakkah engkay perhatikan pemilik bangunan, bagimana ia tidak ingin bangunanya itu berantakan
Adapun bangunan yang kita pahami, terdiri dari pondasi, beton, semen, air, pasir cat, kusen dan lainya. Semua disatukan, air, semen, pasir bersatu diaduk-aduk. Ada pergesekan disana, lalu dibuat bersatu dengan beton dengan ditopang sementara oleh kayu, setelah terkena sengat matahari dan kering. Penahan kayu dibuka, lalu permukaan yang kasar dihasilkan dengan semen halus, diratkan dengan plamir lalu agar terlihat indah ditutupi dengan cat yang berup-rupa warna.
Begitulah dakwah jamai ini, kita dilahirkan dan dibesarkan dengan kultur berbeda dan memiliki latar dan keilmuan yang berbeda. Ketika kita akan merapatkan barisan, ujian kita adalah mengenal dan memahami hingga tingkatan ukhuwah paling tinggi, saling itsar,mendahulukan kepentingan saudara daripada kepentingan sendiri. Pergesekan perbedaan pendapat, baiknya kita sikapi sebagai vitamin dakwah ini, jika dosis tepat gerak langkah dakwah ini semakin sehat, namun sebaliknya jika kurang tepat, akan menggelayuti membuat cucuk dan duri dalam tubuh dakwah ini naudzubillah.
Dalam kesatuan amal jama’i ada diantara kita yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama’i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri.

Karenanya jangan ada diantara kita yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa berusaha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW:Siapa yang lamban beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya. Makna proses pembinaan(tarbiyah) itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya sekian ratus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.

Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disembunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya. Jangan ada lagi diantara kita yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawasan ilmu, kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman, kebodohan dan hawa nafsu.
Dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang. Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi jasadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ´Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(10-12)

Allah telah telah tawarkan perniagaan yang tidak pernah rugi kita transaksinya. Yaitu tegakan kalimat tauhiid di bumi Allah! Jihad(sungguh-sungguh) dijalan Allah dengan jiwa dan harta. Jangan ada sesudah ini, ada diantara kita yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk merasakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemana-pun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta senanti-asa. Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinyalakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps dengannya dalam menu-naikan tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru ma-lah menjadi "bardan wa salaman" (penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kita yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu menolong Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu)

Semoga kita senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan.

Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru.Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan barubagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.




Kostan Pa Haji, 02.30 (18 safar 1436)


-terinsipirasi dari tulisan Sang Murabbi, KH Rahmat Abdullah-






Tidak ada komentar:

Posting Komentar