Selasa, 02 Desember 2014

sarjana 6 tahun

“Kunaon teu acan angkat ngaos?”

Tanya mama waktu subuh ke saya,sibungsu, biasanya waktu saya umur 4-9 tahun pagi-sore berangkat ke TPA(taman pendidikan alquran). Pagi itu belum hapal satu doa yang jadi pe er, dan kesekian kalinya gagal bohong ke mama :) , pura-pura sakit. Waktu di intrograsi sama mama, dan akhirnya mama tau ga ke TPA karena belum hapal doa. Dengan sikap yang luar biasa(semoga Allah memuliakan beliau), yang harusnya mama udah bersiap pergi ngantor, mama sempatkan waktu untuk ngajarin doa yang jad peer

“Allahumma arinal haqqa, haqqa, warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila, warzuqnajtinabah.
Ya Allah, tunjukkanlah yang kebenaran itu sebagai kebenaran, dan kurniakanlah kami kekuatan untuk mengikutinya (memperjuangkannya), dan tunjukkanlah yang batil itu sebagai batil dan kurniakanlah kami kekuatan untuk menjauhinya (menghapuskannya).


Sampai hapal. Dan saya segera ke TPA dengan diantar mama yang udah terlambat pergi ke kantor.

Salah satu cerita, tentang bagaimana sosok ibu-yang saya panggil mama- yang mengajari pendidikan karakter dan pendidikan agama dengan keluhuran teladanya. Tentang bagaimana mendorong, membimbing dan meneladani anak untuk terus berupaya maksimal mendapat ilmu, pendidikan setinggi-tingginya. Bijaknya mama, tak pernah menuntut saya untuk “berprestasi”, mama bahagia dengan hasil ulangan yang merah dengan diikuti malamnya maksimal belajar. Proses ya, mama hargai proses itu.

Mama yang hantarkan pendidikan karakter-qadarullah- beres saat saya sudah memasuki usia baligh. Ikhtiar beliau dan papa, pun tidak diraih dengan mudah untuk mensekolahkan ke 4 anaknya, yang jarak 3 tahun. You knowlah what I mean, satu lulus smp, yang satu lulus sma, di waktu yang bersamaan. Alhamdulillah kami diajari beliau untuk tidak mengeluh, berbagai pos rumah tangga beliau hemat,-termasuk uang obat beliau-.

Teladan
Teladan ini yang menjadi semangat belajar saya naik, selepas kepergian beliau, salah satu sikap yang beliau wariskan,
jika belum bisa beri manfaat pantang menjadi beban. Mulai sedikit-sedikit berjualan Tupperware, sophie marthin, pulsa elektrik, sandwich-yang dulu si anak wagub ngeborong :), ah rindu momen bahagia pas dagangan habis. Bakda sma, dengan tekad yang masih sama, yang beliau titipkan “ ilmu itu salah satu kunci bahagia dunia diakhirat jadi harus dikejar”. Dengan bermacam pilhan pendidikan kuliah asrama yang ditanggung pemerintah, saya daftar AKMIL(akademi militer) walau kata orang jauh wajah saya jauh dari bakat tentara,heheh! Alhamdulillah terhenti di test ke-7 dari 9 test total. PErasaan sedih hal yang mausiawi, tapi inget lagi pesan beliau “jika belum bisa beri manfaat pantang menjadi beban”, biar teteh dan aa ga tau dirumah, perasaan sedih. Bakda pengumuman Saya jalan dari ajendam cihampelas, sampai ke rumah antapani. Sedikit berkurang lah sedihnya, nya era atuh maenya dijalan rek kokosehan plus jojorowkan mah :).

1 bulan setelah kejadian itu belum putuskan mau lanjut pendidikan kemana, dengan kemampuan saya saat ini. Sempat terlintas, 1 tahun berkarya dulu, sambil coba persiapan akmil tahun depan. Teteh, ga setuju, kata beliau lanjutin walau d3, karena d3 faktanya nanti lulusanya lebih mudah bekerja. Dengan dorongan ini, dan dibantu sama teteh untuk semester 1,(Alhamdulillah nuhun), yu ah kuliah. Dengan jarak kerumah 30 km, saya juga pilih untuk ikut seleksi asrama kampus, biar akses lebih mudah dan latih mandiri. Alhamdulillah, niat baik, man jadda wa jadda, Allah beri jalan-walau memang tidak mudah- 6 semester lulus plus bisa magang di batam, dan jalan-jalan negeri sebelah, dengan ikhtiar dan tekad masih sama jika belum bisa beri manfaat pantang menjadi beban. Ada saja rezeki dari hasil ikhtiar sambung nyambung tiap bulanya. Allahu Ghoniiy.


PAsca lulus D3, Allah hadirkan lagi kemudahan, 1 minggu setelah sidang sudah dapat pekerjaan. Alhamdulillah, cukuplah untuk hidup bujang mah :). Satu tahun fase penyesuaian, ingat pesan beliau, ilmu itu kunci bahagia dunia akhirat jadi harus dikejar! Bener-bener dikejar, dapat kampus yang jaraknya 45 km dari jarak kostan di cileungsi-sunter. Memang sebelumnya dapat rezeki di kampus kuning(YELLOW JACKET), qadarallah saat daftar ulang baru tau jadwal kuliah tidak pas dengan jadwal kerja. :”). JAdi tetap pilih jarak kampus yang 45 km, dengan pertimbangan dosen ada yg praktisi dan bisa lulus 2tahun-inget umur-. Bismillah, biidznillah, perjalanan kuliah sambil bekerja dengan perjalanan 110 km per hari bisa diselesaikan tepat waktu, pola tidur yang berubah, dan pastinya perut semakin maksimal karena makan lebih dari jam 9.

Allah Maha Baik, banyak perhitungan yang tidak masuk kalkulator manusia, tapi bersiaplah dengan kejutanNYa :) . Ya saya lah si sarjana 6 tahun, bukan gelar atau prosesi nya yang membuat bahagia adalah Allah beri kesempatan diri ini untuk menambah kemampuan diri belajar upgrade kemampuan, mudah-mudahan sedikit banyaknya bisa bawa manfaat untuk umat. Semoga!

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim)

4 komentar:

  1. Baru baca ndri... Barakallah... Insya Allah ilmunya bisa diterapkan.. sukses gapai mimpi S2 nya... dan sukses juga mendapatkan pendamping hidup yang bisa selalu memompa semangat Andri untuk kejar mimpi2nya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. nuhun doanya mas.smg yg mndoakn dpt yg lbh baik :)

      Hapus